Dalam hal ini, sebagai salah satu contohnya adalah tayangan sinetron yang mengambil sentral kehidupan remaja.
Sinetron semacam ini biasanya mengambil setting kehidupan remaja usia sekolah menengah dan kuliah. Hal ini sebenarnya bisa menjadi nilai plus bagi sinetron tersebut karena dengan adanya sinetron kecenderungan remaja untuk 'dolan keluyuran' akan berkurang. Akan tetapi sayang sekali banyak di antara sinetron tersebut yang kurang patut dijadikan contoh oleh para remaja.
Maraknya fenomema kisah cinta remaja yang diangkat dalam tema sinetron belakangan ini sangatlah memprihatinkan. Di mana dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi remaja, ternyata difokuskan hanya pada masalah cinta. Padahal bila dikaji lebih jauh tayangan ini cenderung memberikan contoh bagi remaja untuk menganut budaya materialisme dan hedonisme. Sementara budaya asli bangsa terlupakan. Diantaranya adalah sopan santun dan kekeluargaan.
Konflik yang disajikan dalam tayangan sinetron terlihat terlalu dibuat-buat dan di luar batas kewajaran. Terkadang juga menampilkan adegan yang menunjukkan ketidak hormatan anak terhadap orang tua dan guru. Mungkin adegan ini hanyalah contoh kasus yang dibuat dengan maksud memberikan contoh akibat buruk yang nantinya akan didapat oleh sang tokoh. Tetapi karena kemasan yang berlebihan membuat muatan nilai moral yang dimaksud tidak tampak, bahkan tenggelam.
Bangsa Indonesia dulu dikenal karena keramah tamahannya, kesopan santunannya, dan keluhuran budinya. Nilai-nilai inilah yang sekarang dikuatirkan akan terkikis. Budaya asli yang menjunjung tinggi nilai keluhuran budi. Kurangnya rasa memiliki remaja terhadap budaya asli yang diwariskan oleh para leluhur, salah satunya disebabkan karena kurang tersosialisasinya warisan budaya tersebut. Betapa dari sekian banyaknya tayangan di televisi hanya sekian persen yang menanyangkan acara yang bisa mengguggah rasa cinta tanah air.
0 komentar:
Posting Komentar